Penyebab kucing menggaruk, selain karena adanya jamur atau parasit, bisa juga karena alergi. Alergi makanan menduduki peringkat ketiga penyebab alergi pada kucing setelah alergi gigitan pinjal dan atopy.
Alergi ini dapat menyebabkan gatal dan menggaruk dengan intensitas tinggi. Ketidakcocokan dengan makanan dapat menyebabkan dua hal, yaitu alergi dan intoleransi.
Intoleransi akan menyebabkan diare, sementara alergi akan muncul di kulit, dalam bentuk gatal. Keduanya dapat diatasi dengan mengeliminasi makanan penyebabnya.
Penyebab alergi makanan pada kucing biasanya disebabkan oleh daging sapi, domba, makanan laut, jagung, kedelai, gandum, dan lainnya yang umumnya memang banyak terkandung dalam makanan kucing.
Alergi berkaitan dengan banyaknya jumlah paparan. Semakin sering terpapar maka resiko alergi menjadi semakin besar. Sehingga jika kita sering menganggap “biasanya makan itu nggak apa-apa” mungkin saja karena ambang batas paparannya sudah terlewati dan alergi muncul belakangan. Jadi, alergi baru muncul setelah jumlah bahan makanan penyebab alergi masuk ke dalam tubuh cukup banyak.
Gejala alergi makanan meliputi gatal, bulu rontok, botak, menggaruk yang intens dan hingga menyebabkan radang pada kulit. Gejala ini memang mirip dengan penyakit kulit pada umumnya, sehingga diperlukan pemeriksaan yang intensif dan menyeluruh jika kucing mengalami sakit kulit.
Sakit kulit harus diperiksa secara seksama dan tidak bisa hanya dilakukan diagnosa melalui foto dan jangan memberikan obat yang beredar sembarangan. Gejala berbagai macam sakit kulit cukup mirip tetapi penyebabnya berbeda. Maka pengobatannya pun harus sesuai penyebabnya.
Cara mudah mendiagnosa dan mengobati alergi makanan adalah dengan “Food Trial”, yaitu dengan memberikan pakan yang tidak mengandung bahan yang dicurigai atau makanan khusus alergi. Kemudian perhatikan jika terjadi perbaikan kondisi kulitnya.
Gunakan hanya satu jenis makanan, dan jangan memberikan makanan lain atau membiarkan kucing berburu, untuk melihat efek pergantian makanan pada kucing yang menderita sakit kulit.
Sumber: LeoNVets
merawat
Kucing yang Berjemur
Apakah kamu pernah melihat kucing berjemur di pagi hari? Biasanya mereka akan berguling-guling dan menikmati cahaya matahari dalam waktu yang cukup lama, bahkan sampai ketiduran.
Berjemur itu sangat penting bagi kesehatan kucing. Salah satu manfaat berjemur adalah untuk kesehatan kulit kucing. Sinar matahari dapat membantu penyembuhan masalah kulit seperti jamur.
Kucing dapat mentolerir panas hingga 52 derajat celcius. Suhu tersebut termasuk panas bagi manusia, karena manusia hanya dapat mentolerir hingga suhu 44,5 derajat celcius.
Meski berjemur bermanfaat dan kucing dapat mentolerir panas, kita harus waspada terhadap bahaya heat stroke pada kucing.
Heat stroke atau serangan panas adalah ketika kucing kepanasan dan sulit mengeluarkan panas dari tubuh. Kucing tidak berkeringat di tubuhnya, sehingga panas dari tubuh lebih lama keluar.
Saat kucing terpapar matahari dan lidahnya terjulur serta napasnya terengah-engah, sebaiknya segera dibawa ke tempat teduh supaya tidak terserang heat stroke.
Sumber: LeoNVets
Scabies
Pernah bertemu kucing jalanan yang terkena scabies, seluruh badan terutama kulit dan biasanya di sekitar kuping hingga kepala memiliki koreng, luka, serta tidak ada bulunya?
Scabies memang sangat cepat menular dan biasa terjadi pada kucing liar karena lingkungan dan proses penularannya sangat mudah terjadi.
Kucing yang tinggal di rumah juga dapat terkena scabies. Scabies adalah jenis kutu (ektoparasit) yang masuk ke dalam kulit sehingga menimbulkan gatal, hingga luka dan kulit mengeras.
Scabies menular dari kontak langsung, terutama jika ada luka terbuka. Hal ini yang menyebabkan scabies mudah menular pada kucing liar yang sering bertengkar dan saling mencakar atau menggigit.
Scabies juga dapat menular ke manusia, maka jangan pernah memegang kucing yang scabies dengan tangan kosong! Gunakan sarung tangan, dan cuci tangan setelah kontak dengan kucing yang scabies.
Pengobatan scabies dapat dengan memberikan obat kutu, baik melalui suntikan ataupun tetes. Namun, kondisi kucing harus dipertimbangkan karena obat kutu untuk scabies cukup keras.
Selalu konsultasikan ke dokter hewan terdekat sebelum menggunakan obat kutu. Selain untuk memastikan kondisi kucing aman untuk diberi obat kutu, juga untuk menentukan obat kutu mana yang paling tepat.
Sumber: LeoNVets