• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

CATRESCUE.ID

One cat at a time

  • Beranda
  • Donasi
  • Adopsi
    • Adoptable Cats
  • Edukasi
  • Artikel
  • Tentang
    • Tanya Jawab
    • Kontak
  • English
Hide Search

Pindah ke Luar Negeri Bersama Kucing Kesayangan

Devin · April 27, 2021 · Tinggalkan Komentar

Jika Anda berencana pindah ke luar negeri bersama kucing kesayangan, maka artikel berikut wajib dibaca. IG @mslizet berbagi pengalaman pindah ke luar negeri bersama semua kucingnya.

Persiapan Pindah ke Luar Negeri Bersama Kucing Kesayangan

Cari tahu mengenai negara yang akan dituju sambil mencari pet relocation agent/company yang dapat membantu memberikan informasi dokumen, karena setiap negara memiliki peraturan yang berbeda. Misalnya beberapa negara melarang beberapa jenis anjing.

Langkah Pertama

Pastikan kucing dalam kondisi SEHAT, lahir dan batin.

  1. Vaksin F3, F4 dan Rabies, serta buku vaksin untuk setiap kucing, wajib sebagai salah satu syarat dari negara tujuan. Vaksin Rabies diberikan untuk pencegahan penyakit rabies pada anjing/ kucing atau manusia yg terkena cakar atau digigit oleh binatang.
  2. Microchip, serta Microchip Certificate untuk setiap kucing, wajib sebagai salah satu syarat dari negara tujuan. Pada saat vaksin dan pemasangan microchip, kucing harus dalam keadaan sehat.
  3. Untuk pencegahan alangkah baiknya jika kita juga melakukan vaksin TT (sebagai pencegahan yg berlaku 10 thn).
  4. Setelah vaksin dan microchip, lakukan “test Titer Anti Rabies” dengan jarak 1 bulan setelah diberikan vaksin Rabies, untuk kepentingan pengambilan sampel darah.

Titer Anti Rabies adalah: Test yang diambil untuk mengetahui jika vaksin rabies yang telah diberikan bekerja di dalam darah kucing/anjing kita. Jika hasil Titer Anti Rabies dinyatakan ‘tidak lolos’, maka kucing kita harus diberikan vaksin rabies kembali. Karena vaksin rabies belum tentu bekerja pada kucing kita maka Titer Anti Rabies harus dilakukan.

Setelah sampel darah diambil, kemudian kita serahkan kepada agent untuk dikirim ke laboratorium (lab) yang berada di UK. Karena negara yang saya tuju adalah di Eropa maka lab yang dirujuk berada di UK dan di Indonesia memang belum memiliki fasilitas uji Titer.

Langkah Kedua

Cari informasi mengenai agent (pet recolation) yang kredibel untuk membantu mempersiapkan semua dokumentasi yang dibutuhkan. Saya mempercayakan @animalexpressjakarta sebagai partner pet recolation. Mereka akan membantu menjelaskan jika kita menemui kesulitan memahami prosesnya.

Langkah Ketiga

Cari tahu maskapai yang sebaiknya digunakan. Agent dapat membantu memberilan informasi mengenai maskapai yang ‘animal friendly’, juga dalam hal regulasi dan biaya.

Sebelum memutuskan maskapai yang akan digunakan sebaiknya pertimbangkan transit time. Karena jika transit terlalu lama akan berpengaruh pada kondisi hewan yang dibawa. Pastikan jika transit, connecting flight juga menggunakan flight yang sama, agar regulasinya tidak berbeda.

Di beberapa negara, transit juga membutuhkan ‘transit documents for pets’, misalnya transit di Singapore, yang juga dapat dibantu oleh agent.

Pastikan kucing tidak overweight (obesitas), karena biaya kucing bukan dihitung per tiket tetapi dihitung berdasarkan extra bagasi.

Pemesanan extra bagasi harus diminta ke pihak airlines pada saat pembelian tiket pesawat (sebaiknya menggunakan travel agent) dengan mencantumkan fotokopi sertifikat dan dimensi kandangnya.

Hewan memiliki compartment tersendiri di dalam pesawat yang terpisah dengan bagasi. Suhu ruangan juga diatur sedemikian rupa sama dengan suhu dalam kabin.

  • TURKISH
    1 kucing + 1 kandang = dihitung semua yaitu 27 USD per kilogram.
  • KLM
    Per paket yaitu 200 USD per kandang. Ukuran dimensi kandang ditentukan tidak boleh terlalu besar. Jika transit lebih dari 2 jam maka akan dikenakan biaya pet hotel sebesar 200 USD/kucing.
  • THAI AIRWAYS
    300 USD per 1 kucing = 1 kandang (1-10kg). Jika lebih dari 10 kg per kandang maka akan dikenakan biaya extra 140 USD.
  • Qatar Airlines
    140 USD per kilogram

Dalam hal ini saya menggunakan Thai Airways dengan beberapa pertimbangan.

Cat Rescue Moving Abroad

2 (dua) hari sebelum Departure kucing harus dibawa ke Pusat Karantina Pertanian Bandara (yang diatur oleh Agent) untuk pemeriksaan microchip. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan sertifikat yang menyatakan kucing kita sehat dan siap diberangkatkan.

Tidak ada karantina di Jakarta mau pun di Jerman karena sudah memiliki hasil Titer Rabies yang lolos.

Pada hari-H, saat check in, kita dapat langsung ambil priority line, karena animal check in akan didahulukan dan dipriotitaskan. Agent akan berada di bandara pada saat Departure untuk memberikan briefing kepada mengenai dokumen yang harus kita serahkan di negara tujuan (custome clearance). Maka carilah Pet Relocation yang dapat dipercaya dan benar-benar mempermudah proses relokasi.

Pindah ke luar negeri bersama kucing kesayangan membutuhkan niat dan upaya serta waktu yang cukup untuk mempersiapkannya. Informasi di dalam artikel ini terbatas pada pengalaman satu orang. Jadi, jangan lupa untuk mencari informasi lebih jauh dari sumber lainnya.

Sumber: IG @mliszet
Editor: Catrescue.id
Catatan: Informasi di atas berdasarkan konten Instagram, yang mungkin dapat berubah seiring waktu.

View this post on Instagram

A post shared by Kiwi_Cat_Family (@mliszet)

Edukasi

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Kategori

  • Adopsi (18)
  • Edukasi (59)
  • Kitten (15)
  • Komik (7)
  • Laporan (15)
  • Panduan (13)
  • Penyakit (33)
  • Sterilisasi (20)
  • Street Feeding (10)
  • TNR (18)

Komentar Terbaru

  • Silvi pada Bahaya pil KB dan suntik KB pada kucing
  • Bagus pada Penanganan Pertama Scabies Pada Kucing
  • Jessie pada Bahaya pil KB dan suntik KB pada kucing
  • Santana pada Open Donasi untuk Hewan Sakit dan Terlantar
  • Sugiharti rahayu pada Open Donasi untuk Hewan Sakit dan Terlantar

© 2022 CATRESCUE.ID · All rights reserved · Developed with by Niels Lange · Follow us on