• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

CATRESCUE.ID

One cat at a time

  • Beranda
  • Donasi
  • Adopsi
    • Adoptable Cats
  • Edukasi
  • Artikel
  • Tentang
    • Tanya Jawab
    • Kontak
  • English
Hide Search

Penyakit

Shinta Mencari Furever Home

Devin Maeztri · November 11, 2020 · Tinggalkan Komentar

Shinta adalah kucing betina yang ditemukan di sebuah area parkiran di Pasar Minggu. Dia pertama kali terlihat di kolong mobil dan tidak terlihat aktif, hanya berbaring dan tidak bereaksi ketika dipanggil.

Setelah dipancing makanan kering akhirnya dia keluar dari kolong mobil dan karena cukup ramah Shinta dapat langsung ditangkap untuk diperiksa untuk disteril. Mengapa Shinta yang baru terlihat segera ditangkap untuk disteril? Karena Shinta adalah kucing betina yang baru datang atau dibuang di lokasi, dan banyak kucing jantan yang belum disteril sehingga mereka berpotensi untuk kawin dan berkembang biak di lapangan parkir yang berbahaya.

Shinta di parkiran
Shinta di parkiran

Dokter menyatakan kondisi Shinta secara umum sehat, hanya terlihat ada bekas cairan mata mungkin akibat peradangan. Gigi Shinta juga sudah tidak lengkap lagi. Shinta langsung diberi obat cacing dan tetes kutu. Besoknya Shinta disteril dan matanya diberikan salep.

Hari kedua setelah disteril Shinta masih belum mau makan, tetapi dianggap wajar karena baru disteril. Walau pun dikasih wet food Shinta tetap tidak semangat makan. Feses Shinta juga mengeluarkan cacing, dan encer. Karena sudah diberikan obat cacing, hal ini dianggap sebagai respon dari pemberian obat cacing.

Shinta baru disteril
Shinta baru disteril

Di hari ketiga, Shinta tetap tidak mau makan dan terlihat lemas, perban juga belum dibuka. Ketika akan disuapi, kondisi badan Shinta terasa panas, Shinta langsung dicek dan dilakukan tes darah umum. Shinta lemas dan pasif, sehingga langsung diberi infus. Dia mengalami dehidrasi parah dan siaanosis (kekurangan oksigen di dalam darah) sehingga terlihat sangat pucat.

Shinta sedang lemah
Shinta sedang lemah

Perban luka operasi steril juga dibuka, ternyata ditemukan sedikit bagian yang menghitam dan bagian hitam tersebut diberi salep bioplacenton dan madu hutan asli. Dokter menduga terjadi infeksi pada jahitan bekas operasinya yang diakibatkan jaringan kulit disekitarnya yang rapuh. Shinta diberikan obat yang disuntik untuk menambah darah, antihistamin, dan antibiotik. Shinta juga dipakaikan collar agar lukanya tidak dijilat.

Shinta pakai collar
Shinta pakai collar

Dua hari setelah kondisi yang drop, Shinta sudah mulai grooming badannya. Makannya masih harus disuapi dengan makanan basah. Fesesnya masih encer dan sedikit. Shinta masih responsif tetapi kurang aktif. Lukanya mulai membentuk koreng, sehingga diberikan bubuk antibiotik.

Feses yang masih encer dan sedikit-sedikit membuat badan Shinta kotor. Jika collar-nya dibuka, dia akan langsung grooming membersihkan badannya. Dokter dan paramedis pun sebisa mungkin membersihkan kotoran yang menempel pada badan Shinta.

  • Shinta sedang kotor
    Shinta sedang kotor
  • Shinta sedang grooming
    Shinta sedang grooming
  • Shinta lebih bersih
    Shinta lebih bersih

Seminggu kemudian Shinta mulai mau makan sendiri dan cukup lahap walau pun ketika tidak ada orang di dalam ruangan observasi. Dia juga mulai jalan-jalan dan mengeong aktif di dalam kadang. Luka Shinta yang sebelumnya terlihat seperti lebam mulai mengering dan terlihat gosong. Lukanya masih diberikan bioplacenton dan thrombophop di area yang terlihat seperti memar.

Setiap hari luka Shinta dibersihkan dan diberikan salep antibiotik. Nafsu makan Shinta terus meningkat, walau fesesnya masih lembek. Shinta juga diberikan Transfer Factor (TF) untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Pemulihan Shinta diprediksi akan lambat dan membutuhkan waktu, tetapi Shinta jelas menunjukkan progres yang cukup baik.

Setelah dicek darahnya dan dipastikan bahwa tidak ada gangguan pada ginjal dan hatinya, Shinta diberikan antibiotik yang cukup tinggi untuk membantu penyembuhan kulitnya. Hasil tesnya juga menunjukkan kadar ureum yang rendah, yang artinya Shita kekurangan nutrisi. Sedihnya, tes ulas darah Shinta juga menunjukkan adanya parasit darah.

Setelah bagian gosongnya mengelupas, ternyata jaringan di dalamnya basah dan bernanah. Kondisi Shinta yang tidak sehat, berkurang berat badannya, kekurangan nutrisi dan masih diinfus, membuat dokternya sulit mengambil keputusan untuk menutup lukanya dengan menjahit.

Shinta dengan lukanya
Shinta dengan lukanya

Setelah feses Shinta mulai berbentuk, obat diare pun habis, Shinta tetap diminumkan antibiotik untuk mengobati lukanya. Salepnya juga diganti dengan campuran bahan2 yang lebih lengkap (levertran, nebacetin, albumin dan TF) dan sebelum diberikan salep, lukanya diberi tetesan cairan pembersih antiseptik (oxoferin). Racikan tersebut diracik dengan pengawasan dan sangat berbahaya jika diberikan tanpa konsultasi dengan dokter hewan.

Setelah dua minggu, nafsu makan Shinta mulai stabil, fesesnya makin berbentuk, dan warnanya semakin normal. Luka basahnya juga mulai mengecil (dari diameter sekitar 5 cm menjadi 2,5 cm) walau masih ada nanahnya yang nantinya akan hilang dibantu juga dengan antibiotik yang diminum. Selang infus juga akhirnya dilepas. Shinta semakin aktif. Shinta juga masih rajin grooming jika collar-nya dilepas. Makannya tetap diberikan yang baik untuk pencernaan (intestinal) tetapi mulai diberikan makanan kering.

  • Progres Shinta
    Progres Shinta
  • Progres kesembuhan luka
    Progres kesembuhan luka


Setelah 20 hari perawatan, obat antibiotik yang diminum sebelumnya untuk diare dan untuk luka kulitnya selesai. Perawatan luka Shinta dilanjutkan dan upaya untuk meningkatkan berat badannya. Ketika pertama kali diperiksa berat Shinta sekitar 2,7 kg dan kemudian turun menjadi sekitar 2,2 kg. Jika kondisinya stabil, Shinta akan dapat memulai pengobatan antibiotik untuk parasit darahnya. Shinta juga diberikan obat cacing dan tetes kutu kembali.

Shinta susah difoto
Shinta susah difoto

Upaya untuk mencari rumah untuk Shinta sudah dimulai. Akan tetapi, tidak mudah. Kami tidak ada pilihan selain merawat Shinta di klinik, tempat terbaik untuk Shinta hingga di menemukan rumah dan keluarga yang mampu merawatnya. Walau pun selama di klinik, Shinta selalu ingin keluar kandang setiap kali dokter atau paramedis masuk ke dalam ruangannya. Jika dikeluarkan Shinta akan bermanja-manja di kaki dan tidak bisa difoto sama sekali karena terus bergerak.

Setelah sebulan lebih di klinik, Shinta menemukan calon keluarga angkat sementara (foster). Prosesnya tidak mudah, karena keluarga foster masih memiliki beberapa anak kucing (kitten) yang belum divaksin. Keluarga foster juga berharap Shinta dapat divaksin sebelum dibawa ke rumah mereka. Selain itu mereka perlu menyiapkan tempat dan pengobatan parasit darah Shinta.

Ketika Shinta akan divaksin, dokter menemukan rambut Shinta yang rontok di dalam kandang dalam jumlah banyak. Shinta diduga mengalami kebosanan sehingga dia grooming berlebihan setiap kali collar-nya dibuka. Shinta mungkin stres karena hampir sebulan berada di kandang. Bagian yang botak karena rambut yang rontok hanya di seputar ketiak kaki depannya.

Shinta overgrooming
Shinta overgrooming

Shinta akhirnya harus diobservasi kembali. Sambil menunggu kitten di rumah calon foster-nya selesai divaksin, atau kondisi Shinta membaik dan bisa divaksin. Walau pun, untuk mengurani stres-nya Shinta sebenarnya perlu dikeluarkan di dalam kandang dan mendapatkan sinar matahari. Kulit yang botak perlu diberikan Virgin Coconut OIl (VCO) dan Shinta perlu diberikan minyak ikan.

Karena Shinta belum bisa dibawa ke rumah foster-nya, dan pemulihan Shinta dianggap baik, dokter memutuskan untuk memulai pengobatan parasit darahnya. Shinta juga mendapat bantuan obat-obatan dari orang baik di media sosial, yaitu TF, Fufang dan Yunan. Selain itu, Shinta diberikan VCO dan minyak ikan.

Shinta tidak grooming berlebihan lagi. Bagian kulit yang botak, perlahan juga mulai kering, yang nantikan akan mengelupas untuk memulai pertumbuhan rambut yang baru. Dokter juga melakukan cek darah ulang, dan sel darah putihnya masih tinggi dan trombositnya pun masih rendah, 1,5 bulan sejak Shinta dibawa ke klinik. Shinta pun meneruskan pengobatan untuk parasit darahnya.

Shinta minta keluar kandang
Shinta minta keluar kandang

Setelah obat antibiotik untuk parasit darahnya habis, Shinta kembali dites darahnya. Hasilnya dianggap wajar mengingat parasit darahnya. Asalkan Shinta terus diberikan fufang dan makannya banyak, kondisi Shinta akan tetap stabil. Shinta juga masih diberikan VCO untuk diolesi di kulitnya, diminumkan minyak ikan dan TF.

Parasit darah di Shinta tidak akan menular, jika Shinta dan kucing lainnya rutin diberikan tetes kutu setidaknya setiap 3 bulan sekali. Selama hampir 60 hari di klinik, Shinta sudah diberikan obat kutu dan cacing selama 3 kali.

Vaksinasi Shinta sempat tertunda sehari karena suhu badannya rendah yaitu 37,8C. Akan tetapi besoknya kondisinya lebih baik dan akhirnya Shinta divaksin pada tanggal 22 Oktober 2020.

5 hari setelahnya Shinta dijemput dan diantar ke rumah foster-nya. Shinta tidak langsung disatukan dengan kucing yang lain, agar dia fokus mengenal lingkungan yang baru dan membangun rasa nyaman lebih dahulu. Setelah beberapa hari, Shinta mulai menjelajah dan mengenal kucing lain walau hanya dari pembatas ruangan. Sekarang Shinta sudah bergabung dengan yang lain. Shinta juga punya tempat favorit untuk tidur. Karakter Shinta sangat baik. Dia tidak agresif dengan kucing lain dan tidak peduli jika anak-anak kucing datang mendekat. Berat badan Shinta pun naik menjadi 2,45 kg.

Shinta tidur di rumah foster
Shinta tidur di rumah foster

Saat ini Shinta tinggal di tempat yang aman dan terjamin. Akan tetapi, Shinta memiliki keluarga yang cukup besar. Maka kami ingin mencoba mencarikan Shinta keluarga kecil yang bisa memberikan perhatian khusus untuk Shinta, memeluk Shinta setiap saat dan mungkin bisa membawa Shinta tidur di tempat tidur bersama keluarganya.

Shinta di rumah foster
Shinta di rumah foster

Jika Anda mampu merawat Shinta dan memberikan kasih sayang untuk Shinta sampai akhir hayatnya, kami berharap Anda dapat berjanji untuk

  1. Berkomunikasi dan bekerja sama dengan Catrescue.id 
  2. Memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk Shinta bebas bergerak
  3. Memberikan obat cacing dan kutu setiap bulan
  4. Memberikan vaksin rutin setiap tahun
  5. Memberi makan khusus kucing yang bergizi sesuai kebutuhannya
  6. Memberi vitamin berkala
  7. Jika sakit diperiksakan ke dokter
  8. Memelihara Shinta untuk seumur hidupnya dengan baik

Ketentuan yang lebih lengkap dan formulir yang harus diisi dapat ditemukan melalui tautan https://catrescue.id/adopsi.

Shinta telah berjuang. Tuhan pun telah menentukan nasibnya. Kami bersama tim medis di klinik dan keluarga foster Shinta juga telah berusaha yang terbaik untuk Shinta. Terima kasih tim medis dan keluarga foster atas pertolongannya untuk Shinta!

Kami akan terus berusaha untuk memperjuangkan Shinta mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik. Harapan kami adalah semakin banyak orang dapat berkontribusi dan menolong kucing jalanan seperti Shinta, dan Shinta mendapatkan yang terbaik untuknya.

Diare pada Kucing

Devin Maeztri · November 9, 2020 · Tinggalkan Komentar

Kucing Diare, Apa Pertolongan Pertamanya?

Ketika kucing diare, pertolongan pertama sangat penting. Sebelum dibawa ke dokter hewan, berikut ini hal yang bisa kita lakukan di rumah:

Pertama, perhatikan konsistensi dan frekuensi buang air besarnya, seberapa sering dan bentuknya seperti apa? Apakah ada cacing, darah atau benda asing?

Lalu diperhatikan dan diingat juga apa kucingmu ada makan sesuatu yang tidak biasa atau baru berganti makanan? 

Pemberian arang aktif seperti norit boleh diberikan, tetapi berhati-hatilah dan dosis dan frekuensi pemberian hubungi dan konsultasikan dulu dengan dokter hewan. Untuk tahap awal, bisa dimulai menggunakan 2 butir norit.

Jika kucing selalu buang air setelah makan, boleh dipuasakan makan supaya ususnya beristirahat tetapi berilah minum yang banyak. Bahaya dari diare adalah kucing menjadi dehidrasi. Jika sudah dehidrasi, membutuhkan pertolongan berupa infus di dokter hewan. 

Pemberian probiotik boleh diberikan, misalnya Lacto B atau yoghurt, bisa diberikan yoghurt plain dan bebas lemak. Satu saset Lacto B untuk satu hari cukup untuk membantu memperbaiki pencernaan.

Ingat ini hanya pertolongan pertama ya. Kucing harus segera dibawa ke dokter hewan jika diare terjadi terus menerus dan tidak berhenti setelah 48 jam.

Janganlah memberikan obat-obatan manusia tanpa terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dokter hewan ya, karena obat diare manusia ada yang mengandung parasetamol dan beracun bagi kucing atau tidak cocok dengan jenis diare kucingmu. 

Norit sebaiknya disediakan di rumah karena merupakan obat pertolongan pertama pada diare, juga ketika kucing keracunan dengan gejala diare (racunnya tertelan).

Sumber artikel: LeoNVets
Sumber gambar: Scroll

Virus Panleukopenia

Devin Maeztri · November 2, 2020 · 2 Komentar

Apa Itu Panleukopenia?

Pernah mengalami kucing diare hebat dan tidak lama kemudian meninggal dunia? Bisa jadi kucingmu terkena virus panleukopenia. Apa sih itu?

Saat perubahan musim seperti sekarang ini, angka kejadian kucing terinfeksi Panleukopenia Virus sangatlah tinggi. Virus ini terutama menyerang anak kucing yang belum divaksin.

Feline Panleukopenia Virus (FPV) sangat menular, fatal dan penyakit ini dapat ditemui diseluruh penjuru dunia. FPV merupakan penyebab kematian tertinggi pada kucing dan virus ini dapat hidup di lingkungan sampai 1 tahun.

FPV disebut juga distemper kucing, dapat menular dari kucing lain yang terinfeksi melalui fecesnya, sekresi atau muntahannya, manusia juga bisa membawanya di baju, sepatu, dll.

FPV menginfeksi sel-sel di sumsum tulang, kelenjar pertahanan, epitel usus dan pada hewan muda, menyerang otak dan retina mata. Pada kucing bunting dapat menular transplasenta yang dapat menyebabkan mumifikasi janin, keguguran atau anak mati di kandungan.

FPV menimbulkan gejala demam, lemah, tidak mau makan. Setelah 1-2 hari demam kucing akan muntah dan diare yang sering disertai dengan darah. Pada anak kucing dapat menyebabkan mati mendadak tanpa gejala.

Saat pemeriksaan akan diketahui kucing mengalami sakit pada perut, dehidrasi, pembesaran kelenjar pertahanan terutama di perut. Jika sudah menyerang syaraf akan terjadi inkoordinasi, gemetar,dll. Masa kritis terjadi antara 5-7 hari, kematian sangat tinggi menyerang anak kucing dengan umur dibawah 5 bulan.

Diagnosis untuk mengetahui kucing terinfeksi FPV dapat diketahui dengan Rapid test dan cek darah hematologi.

Sayangnya FPV belum ada obatnya, Pengobatan yang diberikan dokter hewan biasanya hanya suportif dari gejala yang ada dengan memperbaiki dehidrasinya yaitu pemberian infus dan perbaikan elektrolit. Pemberian obat anti muntah dan vitamin. Selanjutnya tergantung kekebalan tubuh masing-masing individu kucing yang akan melawannya.

Pencegahan yang dapat dilakukan yang jelas adalah dengan vaksinasi, ini adalah investasi terbaik untuk menjaga kucing kita sehat sebelum terkena wabah apalagi di saat musim seperti ini. Vaksinasi dapat mulai diberikan saat kucing berumur 2 bulan.


Sumber artikel: LeoNVets
Sumber gambar: Caster

Selamat Jalan Lico dari TNR Menteng

Devin Maeztri · Oktober 4, 2020 · Tinggalkan Komentar

RIP Lico – Selamat jalan anak ganteng! Maafkan kami atas segala ketidakmampuan kami.

Tanggal 2 Agustus 2020 saat kami menangkap beberapa kucing jalanan di ruang publik untuk disteril, koloni yang kami monitor di Menteng, kami bertemu Lico yang sedang menunggu di depan warung. Saat itu, juga ada kucing betina alumni TNR kami. Entah Lico sedang menunggu diberikan sisa makanan oleh pemilik warung atau menunggu si betina, kami langsung menargetkan Lico untuk menjadi peserta TNR.

Kebetulan ada satu keranjang rio kosong. Kami dekati dan ternyata Lico tidak terlalu banyak melawan. Badan Lico besar dan panjang untuk ukuran kucing liar. Kami tidak melihat lebih jauh kondisinya selain hidung Lico yang basah penuh dengan leleran. Di dalam keranjang rio, Lico ketahuan bersin-bersin.

Lico dinyatakan flu parah dan tidak lolos steril oleh dokter pemeriksa di klinik. Lico harus diobati sampai sembuh sebelum disteril. Akan tetapi, setelah dua minggu, flu Lico tidak kunjung sembuh dan Lico masih sering batuk-batuk. Lico dironsen dan hasil ronsen menunjukkan paru-parunya bagus, tidak ada pneumonia. Darah Lico pun dites dan ternyata Lico positif mengalami sirosis hati. 

Karena keterbatasan donasi yang kami terima dan banyaknya kucing jalanan yang kami TNR di bulan Agustus, kami memutuskan untuk mencarikan Lico adopter atau foster. Harapannya sambil melanjutkan obatnya Lico dapat merasa senang keluar dari klinik. Sayang tidak mudah bagi kucing seperti Lico untuk menemukan foster apalagi adopter. Akhirnya, bantuan datang dari PetCampingID. Lico pun diantar ke rumah PetCampingID, dan terus meminum obat. Lico juga semangat makan, apalagi jika diberi makanan basah oleh teman-teman di PetCampingID. 

Setelah hampir sebulan flu Lico masih reklatif parah dan berat badannya pun semakin menurun. Akhirnya Lico dibawa dan diperiksa kembali di klinik. Berat Lico saat ditangkap adalah 4kg dan setelah kembali ke klinik, dan ditimbang beratnya hanya 2,8kg. Tes darah keduanya menunjukkan infeksi bakteri yang bertambah parah dan kondisi hatinya tidak berubah.

Kondisi hati yang lemah membuat sulit untuk dokter memberikan obat antibiotik yang cukup kuat. Sel-sel di hati pun tidak bisa memperbaiki diri. Lico juga mengalami dehidrasi sehingga harus diinfus

Kami ikhlas jika Lico tidak bisa sembuh apalagi disteril. Kami khawatir Lico merasakan kesakitan yang teramat sangat. Setelah dilakukan linking, Lico tidak merasa sedih atau marah, dia cukup senang dengan makan dan tidur saja. Dia tidak merasakan apa-apa pada badannya, hanya hidungnya yang mampet.

Kami pun merasa Lico lebih baik dirawat inap di tangani oleh ahlinya. Sampai akhirnya kemarin pagi, 3 Oktobr 2020, kami mendapatkan kabar Lico sudah pergi.

Kami yakin Tuhan YME tahu niat kami melakukan TNR. Wapau pun rasa bersalah selalu datang, membuat kami tidak dapat menahan air mata mengingat Lico, perjuangannya dan kesabarannya.

Kami hanya dapat berdoa agar kami selalu diberikan kekuatan untuk bisa menolong teman-teman Lico di luar sana. Dan semakin banyak orang yang sadar steril dan tidak membuang kucing ke mana pun.

Kami juga bersyukur dan berterima kasih, atas dukungan teman-teman, donatur, dan klinik yang selalu membantu kami untuk menolong kucing-kucing jalanan yang terlantar dan terbuang.

Selamat jalan Lico ganteng! Maafkan kami ya Nak. Sampai kita bertemu lagi nanti. 

Alergi Makanan pada Kucing

Devin Maeztri · Maret 20, 2020 · 5 Komentar

Penyebab kucing menggaruk, selain karena adanya jamur atau parasit, bisa juga karena alergi. Alergi makanan menduduki peringkat ketiga penyebab alergi pada kucing setelah alergi gigitan pinjal dan atopy.

Alergi ini dapat menyebabkan gatal dan menggaruk dengan intensitas tinggi. Ketidakcocokan dengan makanan dapat menyebabkan dua hal, yaitu alergi dan intoleransi.

Intoleransi akan menyebabkan diare, sementara alergi akan muncul di kulit, dalam bentuk gatal. Keduanya dapat diatasi dengan mengeliminasi makanan penyebabnya.

Penyebab alergi makanan pada kucing biasanya disebabkan oleh daging sapi, domba, makanan laut, jagung, kedelai, gandum, dan lainnya yang umumnya memang banyak terkandung dalam makanan kucing.

Alergi berkaitan dengan banyaknya jumlah paparan. Semakin sering terpapar maka resiko alergi menjadi semakin besar. Sehingga jika kita sering menganggap “biasanya makan itu nggak apa-apa” mungkin saja karena ambang batas paparannya sudah terlewati dan alergi muncul belakangan. Jadi, alergi baru muncul setelah jumlah bahan makanan penyebab alergi masuk ke dalam tubuh cukup banyak.

Gejala alergi makanan meliputi gatal, bulu rontok, botak, menggaruk yang intens dan hingga menyebabkan radang pada kulit. Gejala ini memang mirip dengan penyakit kulit pada umumnya, sehingga diperlukan pemeriksaan yang intensif dan menyeluruh jika kucing mengalami sakit kulit.

Sakit kulit harus diperiksa secara seksama dan tidak bisa hanya dilakukan diagnosa melalui foto dan jangan memberikan obat yang beredar sembarangan. Gejala berbagai macam sakit kulit cukup mirip tetapi penyebabnya berbeda. Maka pengobatannya pun harus sesuai penyebabnya.

Cara mudah mendiagnosa dan mengobati alergi makanan adalah dengan “Food Trial”, yaitu dengan memberikan pakan yang tidak mengandung bahan yang dicurigai atau makanan khusus alergi. Kemudian perhatikan jika terjadi perbaikan kondisi kulitnya.

Gunakan hanya satu jenis makanan, dan jangan memberikan makanan lain atau membiarkan kucing berburu, untuk melihat efek pergantian makanan pada kucing yang menderita sakit kulit.

Sumber: LeoNVets

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2
  • Go to page 3
  • Go to page 4
  • Go to page 5
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 7
  • Go to Next Page »

© 2023 CATRESCUE.ID · All rights reserved · Developed with by Niels Lange · Follow us on